LINTASTIDARNEWS.COM – Akhir-akhir ini viral di media sosial terkait masih banyaknya suvenir atau kaos oleh-oleh wisata bertuliskan “Borobudur Yogyakarta” bergambar Candi Borobudur atau bagian dari ciri khas candi terbesar di dunia tersebut. Mengomentari hal itu, Asosiasi Pewarta Pers Indonesia (A-PPI) Magelang Rays, Narwan S.Pd, merasa prihatin.
Pasalnya, jurnalis yang peduli Kabupaten Magelang ini pernah mempromosikan dan meluruskan kesalahpahaman terkait lokasi Candi Borobudur. Pada tahun 2010 lalu dirinya bersama Ainurrohman, skuteris asal Salaman, berdua melakukan perjalanan dari Magelang menuju Titik 0 Kilometer di Sabang, Aceh, dengan misi promosi wisata.
“Ya, waktu itu saya dan Kang Maman (panggilan akrab Ainurrohman) bertujuan mempromosikan destinasi wisata yang ada di Kabupaten Magelang. Serta meluruskan dan menegaskan kepada saudara-saudara kita di Sumatera, bahwa Candi Borobudur itu lokasinya di Kabupaten Magelang, bukan masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),” kenangnya.
Dikisahkan Narwan, waktu itu, tepatnya tanggal 22 Juni 2010 keduanya dilepas oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang (saat itu) dari halaman kantor setempat. Berdua jurnalis dan skuteris ini menggunakan sebuah Vespa Sprint tahun 1977 yang dimodifikasi dan tambahan sespan dengan warna cat hijau Army.
Narwan mengatakan, di daerah-daerah yang disinggahi sepanjang rute perjalanan, dirinya selalu bercerita tentang Candi Borobudur kepada teman atau warga setempat, di situlah dipahamkan bahwa lokasi Candi Borobudur adalah masuk Kabupaten Magelang, dan sangat dekat dengan Kota Mungkid, Ibukota Kabupaten Magelang.
“Ya, mereka baru paham bahwa Candi Borobudur itu di Magelang. Semula mereka pahamnya Candi Borobudur terletak di wilayah Yogyakarta,” ujarnya.
Lebih lanjut terkait dengan viralnya kaos bertuliskan Borobudur Yogyakarta yang sempat viral, Narwan menduga bahwa hal itu bisa terjadi karena ada beberapa faktor. Di antaranya bahwa Candi Borobudur masih dikelola oleh perusahaan (PT) yang mengelola wisata candi di Yogyakarta dan Magelang, atau akibat adanya promosi paket wisata di Yogyakarta yang mengikutsertakan kunjungan ke Candi Borobudur ke dalam paketnya.
“Sehingga hal itu memunculkan persepsi bahwa Candi Borobudur itu terletak di Yogyakarta,” katanya.
“Untuk kaos oleh-oleh yang dicetak dengan tulisan Borobudur Yogyakarta, belum tentu itu ide produsen kaos itu sendiri. Bisa jadi mereka hanya mengerjakan pesanan orang lain. Sementara orang yang pesan ini kurang paham, atau memang disengaja agar lebih laku dan dibeli oleh pelancong, baik domestik maupun mancanegara,” lanjutnya.
Menurut Narwan, adanya hal kurang pas dan sempat viral tersebut tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. Memang perlu keterlibatan berbagai elemen dalam menyebarluaskan perihal destinasi wisata.
Guna menghindari kesalahan persepsi tentang lokasi Candi Borobudur, Narwan mengajak masyarakat Kabupaten Magelang khususnya turut mendukung memberikan pemahaman ke masyarakat luas. Caranya, menurut Narwan bisa dengan cara apa saja.
“Misalnya lewat suvenir dengan tulisan Candi Borobudur Magelang, bisa dengan video, film, tulisan, lirik lagu, atau karya sastra. Di mana saat ini banyak media sosial yang bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan Candi Borobudur Magelang, tentu dengan kreasi masing-masing. Tidak ada salahnya ikut peduli mengenalkan daerah sendiri, termasuk meluruskan pemahaman, bahwa yang benar Candi Borobudur itu terletak di Kabupaten Magelang,” ajak Narwan.
Writer: agri/arista
Editor: Redaksi
