Lintastidarnews.com, Sukoharjo — Program Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA) yang digagas oleh Lembaga Bantuan Hukum Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (LBH MHH PWA) Jawa Tengah bekerja sama dengan Program Inklusi Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah resmi menuntaskan sesi terakhirnya dengan sukses.
Kegiatan penutup ini dilaksanakan di Meeting Room Pesantren Darul Fatihil Kirom, Gowanan, Ngemplak, Kartasura, Sukoharjo, pada Sabtu (1/11). Kegiatan diikuti oleh 45 peserta dari Komunitas BUEKA Kecamatan Pedan, Klaten, serta Komunitas BSA Kabupaten Sukoharjo.
Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua LBH MHH PWA Jateng Dr. Siti Kasiyati, S.Ag., M.Ag., CM, serta Wakil Ketua PWA Jateng bidang MHH dan LLHPB Dr. Sri Gunarsi, S.H., M.Hum.
Pada sesi terakhir, peserta mendapatkan materi “Teknik Pemasaran” yang dibawakan oleh Astri Suryanti, S.M., M.M. Ia menekankan pentingnya memahami perilaku konsumen dan menyesuaikan strategi penjualan dengan karakter target pasar.
“Pertama-tama kita harus memperkirakan pembeli kita seperti apa. Setelah itu sesuaikan produk dengan perilaku dan kebutuhan mereka,” jelas Astri di hadapan peserta.
Selain menerima materi, para peserta juga berbagi pengalaman perubahan diri setelah mengikuti program yang telah berlangsung sejak pertengahan 2024.
Salah satu peserta, Jarmi, yang berjualan wingko sambil menjaga kos, mengaku mendapatkan banyak perubahan positif.
“Alhamdulillah, saya jadi lebih percaya diri dan berani,” ujarnya singkat.
Peserta lain, Dwi, pemilik usaha angkringan, juga merasakan dampak nyata dari program ini.
“Sekarang langganan makin banyak, pengalaman dan jaringan bertambah. Saya bahkan ikut membantu masyarakat dengan mengenalkan layanan bantuan hukum LBH MHH ‘Aisyiyah,” ungkapnya.
Usai sesi kelas, peserta mengikuti Kunjungan Pengalaman Lapangan ke Dapur Lely Resto di Sragen, yang juga memproduksi oleh-oleh khas Gethuk Presiden. Pemiliknya, Dyah Nur Laily Fathonah, membagikan kisah sukses pentingnya branding dalam mengembangkan usaha.
“Sebelum ada nama Gethuk Presiden, produk kami belum dikenal. Setelah punya merek dan konsisten dalam pemasaran, kini kami punya 13 cabang di Sragen, Blora, Cepu, dan Rembang,” tutur Lely.
Selain itu, Lely juga mengajak peserta menerapkan konsep zero waste melalui beternak ayam atau lele sebagai bentuk daur ulang sampah dapur untuk pakan ternak.
Dengan berakhirnya kegiatan SWA tahun 2025 ini, para peserta diharapkan mampu menjadi komunitas mandiri dan berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja, serta memperkuat peran perempuan penyintas kekerasan, kepala keluarga perempuan, dan penyandang disabilitas.
Sebagai tindak lanjut, dibentuk pula kelompok usaha dengan pendampingan legalitas, sertifikasi halal, asistensi usaha, pemberian pinjaman lunak (akad qord), dan pembentukan koperasi konsumen yang akan rutin mengadakan pertemuan.(GusNur)







